5 Destinasi Wisata Sejarah di Banda Aceh dan Aceh Besar

Wisata Sejarah di Banda Aceh dan Aceh Besar
Wisata Aceh : 5 Destinasi Wisata Sejarah di Banda Aceh dan Aceh Besar - Kota Banda Aceh yaitu satu diantara kota di Indonesia yang menaruh banyak histori nusantara. Berbagai momen yang berlangsung jadi satu fenomena utama untuk orang-orang Aceh untuk diabadikan dalam satu bukti fisik. Dari mulai peninggalan saat kerajaan, pusat perdagangan maritim, sampai tragedi tsunami yang berlangsung pada 2004 silam.

Dengan latar belakang histori yang bermacam ini, Ibu kota propinsi Aceh ini tawarkan wisata histori yang menarik untuk dikunjungi. Tersebut sebagian object wisata histori yang harus dikunjungi waktu berpelesir ke Banda Aceh. 



1. Masjid Raya Baiturrahman
A photo posted by didi dijoo (@didi_dijo) on
Masjid Raya Baiturrahman yaitu lambang paling utama kota Banda Aceh yang terdapat di samping selatan sungai Kreung Aceh. Masjid dengan menara setinggi 35 mtr. dengan 7 kubah ini paling ramai dikunjungi orang-orang serta wisatawan luar. Arsitektur bangunan yang unik bikin design masjid ini banyak dicontoh oleh masjid-masjid lain di Indonesia hingga ke Semenanjung Malaysia.

Masjid Baiturrahman di bangun pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada periode 1607-1636 yang begitu giat meningkatkan ajaran agama Islam dalam lokasi kerajaan Aceh. Dalam sejarahnya, masjid ini pernah dipakai sebagai markas serta tempat pertahanan untuk pasukan perang Aceh melawan pemerintah kolonial Belanda.


Diluar itu, tempat ini dapat jadi saksi bisu terjadinya gelombang tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 silam. Sebab, masjid ini jadi tempat berlindung beberapa ribu pengungsi yang menyelamatkan diri.


5 Destinasi Wisata Sejarah di Banda Aceh dan Aceh Besar

2. Museum Negeri Aceh
Museum negeri Aceh yaitu object wisata yang pantas dikunjungi lantaran menaruh kebudayaan “Tanah Rencong” pada saat lantas. Museum ini berupa satu tempat tinggal tradisional Aceh (Rumoh Aceh) serta mempunyai halaman yang hijau yang luas. Terdapat di Jalan Sultan Alaidin Mahmud Syah.

Didalam museum ini ada beberapa barang kuno seperti keramik, persenjataan dan benda-benda budaya yang lain seperti baju kebiasaan, perhiasan, kaligrafi, alat rumah tangga serta ada banyak lagi.

Lebih lagi juga ada satu lonceng besar yang dinamakan “Lonceng Cakra Donya”, satu lonceng hadiah dari Maharaja China untuk Kerajaan Pasai yang diantar oleh Laksamana Cheng Ho pada th. 1414. Lonceng ini dapat jadi satu diantara bukti kejayaan Kerjaan Aceh pada saat lantas.

3. Benteng Indra Patra

Benteng ini jadi satu diantara bukti histori sebagai tempat pertahanan orang-orang kerajaan Lamuri dari serangan Portugis. Terdapat di dekat pelabuhan Krueng Raya bertemu segera dengan Selat Malaka.

Benteng ini berupa persegi dengan ukuran sekitaran 70 mtr. persegi, dengan tinggi 4 mtr. serta berdinding kokoh dengan ketebalan sekitaran 2 mtr.. Dengan bentuk yang unik di dalamnya ada bebatuan berupa lorong kecil yang terbuat dari beton kapur. Benteng ini adalah website utama untuk orang-orang Aceh. Ada cerita perlawanan, pemberontakan, intrik serta kepahlawanan orang di balik histori benteng ini.

4. Kerkhoff 

Kerkhoff yaitu satu komplek kuburan serdadu Belanda yang gugur dalam peperangan melawan rakyat Aceh. Komplek makam yang cukup luas ini berlokasi di Jalan Teuku Umar, selain Blang Padang, Banda Aceh.

Kerkhoff di bangun pada th. 1880 serta didalam komplek ini ada lebih kurang 2. 200 kuburan serdadu Belanda yang dimakamkan Jenderal JHR Kohler yang gugur ditembak oleh pasukan Aceh di depan Masjid Raya Baiturrahman.

Diluar itu pengunjung dapat juga tahu beberapa cerita mengenai prajurit semasa hidupnya yang dikisahkan sepintas pada batu nisan. Kuburan-kuburan ini seakan menceritakan pada pengunjung mengenai bagaimana “penghuninya” semasa hidup.

5. Museum Tsunami Aceh
Terdapat di Jalan Iskandar Muda, Kota Banda Aceh. Museum ini masihlah menaruh banyak masa lalu yg tidak pernah luput dari orang-orang Aceh. Puing-puing masa lalu yang tersimpan dalam photo, rekaman nada, sampai susunan bangunan yang didesain M. Ridwan Kamil (saat ini Walikota Bandung) mengungkap rasa sedih dalam tiap-tiap langkah di museum ini. Mempunyai empat lantai yang semasing diisi ruang pameran serta instalasi.

Pertama pengunjung bakal diberikan situasi dramatis dengan percikan air di lorong gelap. Situasi itu bakal merasa mengerikan mengingat tragedi tsunami di Aceh silam menuju pintu masuk museum. Didalam museum bakal didatangkan podium-podium yang menghadirkan rangkaian photo Banda Aceh sebentar sesudah tragedi tsunami.

Rangkaian photo juga bakal bergerak automatis ganti beberapa gambar situasi sebentar sesudah tsunami. Dari ruang itu ada jalan sempit menuju satu ruang bersinar redup dengan atap berhias kaca patri berlafal “Allah”. Situasi dramatis makin merasa lantaran di sekitar dindingnya ditempelkan nama beberapa ribu korban akibat tsunami. Spesial untuk lantai 4 ditujukan sebagai tempat evakuasi bencana alam untuk beberapa warga. Sepanjang bertandang pengunjung dapat nikmati semuanya sarana dengan cara gratis.